Senin, 07 September 2009

PMR HISTORY

KOMITE LIMA
PETA PERANG SOLFERINO

SAY NO TO DRUGS


Minggu, 06 September 2009

PROGRAM KERJA

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Palang Merah Indonesia berkomitmen untuk menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat, memberikan bantuan dalam bidang kesehatan yang berbasis masyarakat, berperan aktif dalam penanggulangan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA, serta menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan.

Amanat ini menjadi bagian tugas anggota remaja PMI, yang tercakup dalam Tri Bhakti PMR:







Untuk dapat melaksanakan Tri Bhakti PMR yang berkualitas, maka diperlukan anggota remaja PMI yang berkarakter kepalangmerahan yaitu mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Selain itu mereka juga berperan sebagai ”peer educator” atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepada teman sebayanya, sehingga terjadi peningkatan ketrampilan hidup atau ”life skill” untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Hal ini telah tercemin dalam kebijakan PMI dan Federasi bahwa:

1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan
2. PMR berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan
3. PMR calon pemimpin Palang Merah masa depan
4. PMR adalah kader relawan

Oleh karenanya anggota remaja PMI, yang terhimpun dalam PMR, perlu dibina. Dalam pembinaan PMR, tentu saja diperlukan persamaan persepsi dan komitmen oleh semua unsur yaitu pengurus, pegawai, pembina PMR, pelatih PMI, serta pihak terkait dalam pembinaan remaja atau anggota PMR. Untuk itu diperlukan suatu Pedoman Pembinaan PMR dan Program Kerja yang menggambarkan proses pembinaan anggota PMR dan semua unsur yang terlibat didalamnya, serta peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.

B. TUJUAN

Penyusunan Program Kerja ini bertujuan sebagai pedoman pengurus PMR disemua tingkatan yang menangani PMR, pembina PMR, pelatih PMI, anggota PMR serta instansi terkait, untuk melaksanakan pembinaan PMR


C. DASAR

1. AD/ART PMI hasil Munas PMI XVIII tahun 2005
2. Kebijakan IFRC tentang Remaja
3. Kebijakan PMI tentang PMR
4. Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. Perjanjian kerja sama PMI dengan Diknas RI tanggal 24 Mei 1995 No. 118/U/95 dan No. 0090-KEP/PP/V/95 tentang pembinaan dan pengembangan Kepalangmerahan di sekolah
6. Perjanjian kerja sama PMI dengan Depag RI tanggal 26 September 1995 No. 459 tahun 1995 dan No. 0185-KEP/PP/IX/95 tentang pembinaan dan pengembangan Kepalangmerahan di Madrasah

D. PENGERTIAN

1. Pedoman PMR

Adalah pedoman bagi pengurus dan pegawai PMI disemua tingkatan yang menangani PMR, pembina PMR, pelatih PMI, serta instansi terkait. Pembinaan PMR mencakup: perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi

2. PMR

a. Anggota PMI terdiri dari anggota remaja, biasa, luar biasa, dan kehormatan (AD Bab VI, Pasal 11)
b. Yang dapat diterima sebagai anggota remaja adalah mereka yang berusia 10 – 17 tahun atau mereka yang seusia sekolah lanjutan tingkat atas dan belum menikah (ART Bab VI, Pasal 11, Ayat (1))
c. Hak dan kewajiban anggota remaja dilaksanakan melalui wadah Palang Merah Remaja, disingkat PMR (ART Bab VI, Pasal 13, Ayat (1))
d. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Palang Merah Remaja ditetapkan oleh Pengurus Pusat (ART Bab VI, Pasal 13, Ayat (2))
e. Anggota Remaja mendaftarkan diri kepada unit Palang Merah Remaja di wilayah domisili yang bersangkutan (ART Bab VI, Pasal 15)
f. PMR adalah wadah pembinaan anggota remaja PMI
g. PMR berada di sekolah atau luar sekolah, dan disebut kelompok PMR. Tiap kelompok PMR terdiri dari minimal 10 orang.
h. Tingkatan dalam PMR: Mula, Madya, Wira
i. Kelompok PMR terdiri dari:

1) Kelompok PMR berbasis sekolah, disebut kelompok PMR sekolah
2) Kelompok PMR berbasis masyarakat, disebut kelompok PMR luar sekolah
j. Penjenjangan anggota PMR terdiri dari:
1) Anggota Remaja PMI berusia 10 – 12 tahun/setingkat SD/MI/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Mula
2) Anggota Remaja PMI berusia 12 – 15 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Madya
3) Anggota Remaja PMI berusia 15 – 17 tahun/setingkat SMU/SMK/MA/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Wira


E. PENGERTIAN

1. Program Kerja

Adalah pedoman bagi pengurus dan pegawai PMI disemua tingkatan yang menangani PMR, pembina PMR, pelatih PMI, serta instansi terkait. Pembinaan PMR mencakup: perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi


2. Penanggung jawab PMR

a. Penanggung jawab Kelompok PMR Sekolah adalah Kepala Sekolah, yang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut
b. Penanggung jawab kelompok PMR Luar Sekolah adalah seseorang yang ditunjuk oleh PMI Cabang/Ranting, yang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut
c. Penanggung Jawab PMR, secara fungsional adalah anggota Tenaga Sukarela (TSR) PMI Cabang

3. Pembina PMR

a. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, atau guru yang ditunjuk oleh sekolah untuk melakukan pembinaan kelompok dan anggota PMR di sekolah ybs
b. Seseorang yang ditunjuk oleh PMI Cabang/Ranting untuk melakukan pembinaan kelompok dan anggota PMR luar sekolah
c. Pembina PMR secara fungsional adalah anggota Tenaga Sukarela (TSR) PMI Cabang

4. Pelatih PMI

Pelatih adalah individu (Pengurus/staff/relawan) yang memenuhi kualifikasi pelatih sesuai dengan Pedoman Pelatih PMI. Lihat pedoman pelatih dan pelatihan

5. Instansi terkait

Pihak-pihak baik pemerintah, swasta, ataupun organisasi non pemerintah yang secara aktif mendukung pembinaan dan pengembangan PMR, a.l. departemen pendidikan, departemen agama, departemen kesehatan, departemen sosial, komite sekolah, UNICEF, UNFPA

6. Pembinaan PMR

a. Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan PMR, mencakup: perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan organisasi, Tri Bhakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi
b. Pembinaan PMR diarahkan pada pengembangan karakter kepalangmerahan
c. Pengembangan karakter kepalangmerahan yaitu mengarahkan anggota PMR agar mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
d. Pembinaan berbasis pengembangan karakter dilaksanakan dengan pendekatan Ketrampilan Hidup, yaitu proses pembinaan interaktif yang bertujuan memaksimalkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (PKS) anggota PMR sehingga terjadi perubahan positif. Kemudian anggota PMR juga dapat berperan sebagai ”peer educator” atau pelatih sebaya, yaitu yang dapat berbagi PKS kepada teman sebaya sehingga mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Dengan demikian anggota PMR tidak hanya sebagai obyek, tetapi juga subyek yang terlibat aktif dalam siklus pembinaan PMR.

7. Orientasi

a. Orientasi kepalangmerahan adalah proses pengenalan Gerakan Palang Merah/Bulan Sabit Merah dan PMI
b. Orientasi kepalangmerahan diperuntukkan bagi setiap anggota PMI, termasuk anggota PMR dan Pembina PMR


BAB II
KEANGGOTAAN PMR

A. PENGERTIAN

B. SYARAT MENJADI ANGGOTA PMR

1. Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang sedang berdomisili di wilayah Indonesia
2. Berusia 10 tahun sampai dengan 17 tahun dan atau belum menikah atau seusia siswa SD/MI s/d SMU/MA atau yang sederajat
3. Mendapatkan persetujuan orang tua/wali
4. Bersedia mengikuti orientasi, pelatihan, dan pelaksanaan kegiatan kepalangmerahan
5. Mengisi formulir pendaftaran dan mengembalikannya kepada Pembina PMR dikelompok PMR masing-masing, untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengurus Cabang Palang Merah Indonesia setempat.

C. PENGESAHAN ANGGOTA

Lihat Pelantikan Anggota PMR, Hal.

D. ANGGOTA PMR

1. PMR Mula : 10 – 12 tahun/setingkat SD/MI/sederajat
2. PMR Madya : 12 – 15 tahun/setingkat SMP/MTS/sederajat
3. PMR Wira : 15 – 17 tahun/setingkat SMA/SMK/MA/sederajat

E. HAK DAN KEWAJIBAN

1. Hak dan Kewajiban Anggota PMR

a. Hak Anggota PMR

1) Mendapatkan pembinaan dan pengembangan oleh PMI
2) Menyampaikan pendapat dalam forum/pertemuan resmi PMI
3) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMR
4) Mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA)

b. Kewajiban Anggota PMR

1. Menjalankan dan membantu menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan kegiatan PMI
2. Mematuhi AD/ART
3. Melaksanakan Tri Bhakti PMR
4. Menjaga nama baik PMI
5. Membayar uang iuran keaggotaan

2. Hak dan Kewajiban Pembina PMR
a. Hak Pembina PMR
1. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan kapasitas oleh PMI Cabang
2. Mengikuti musyawarah cabang dalam mengambil keputusan, dengan mekanisme: mengirimkan 1 orang Pembina PMR yang diputuskan melalui rapat forum komunikasi Pembina PMR
3. Mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas partisipasi dan prestasi
4. Mendapatkan atribut sesuai dengan ketentuan PMI

b. Kewajiban Pembina PMR
1. Mematuhi AD/ART PMI
2. Mematuhi ketentuan dalam TSR PMI
3. Mengikuti orientasi kepalangmerahan dan pelatihan, minimal ditingkat PMI Cabang
4. Menjaga nama baik PMI
5. Melaksanakan sosialisasi kepalangmerahan
6. Berperan aktif dalam pembinaan dan pengembangan PMR

F. PERPINDAHAN ANGGOTA PMR
Berhubung karena sesuatu hal, seorang anggota PMR pindah ketempat lain. Bagi mereka yang pindah maka diharapkan:
1. Membawa surat rekomendasi dari Pengurus PMI Cabang tempat semula mereka bergabung
2. Melaporkan/mendaftarkan kembali melalui kelompok PMR ditempat tinggalnya yang baru

G. BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN
1. Keanggotaan PMR dinyatakan berakhir jika yang bersangkutan:
a. Berakhir masa keanggotaan
b. Mohon berhenti
c. Diberhentikan
d. Meninggal dunia

2. Anggota PMR dapat diberhentikan oleh Pengurus PMI Cabang, apabila yang bersangkutan mencemarkan nama baik PMI dan atau dijatuhi hukuman pidana yang telah berkekuatan hukum tetap.

3. Mekanisme penghentian anggota PMR ditetapkan oleh kelompok PMR yang bersangkutan, yang dikoordinasikan dengan PMI Cabang

BAB III
ORGANISASI PMR


A. SEKOLAH
1.Organisasi PMR di sekolah

a. Pembinaan PMR dilaksanakan oleh TP PMI
b. Di lingkungan PMI Pusat/Daerah/Cabang, pembinaan PMR dilaksanakan oleh Bidang SDM/PMR/Diklat
c. PMR di sekolah disebut kelompok PMR, yang beranggotakan minimal 10 orang
d. Kegiatan PMR di sekolah merupakan bagian dari kegiatan ekstra kurikuler, dibawah pembinaan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
e. Struktur organisasi PMR disekolah
Kelompok PMR disekolah secara struktural mempunyai struktur sendiri sebagai kelompok PMR, dan dalam kegiatannya secara fungsional termasuk seksi Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi OSIS
f. Susunan Pengurus PMR di sekolah:

1) Pelindung adalah TP PMI Kota/Kabupaten
2) Penanggung jawab adalah Kepala Sekolah
3) Pembina PMR
4) Pelatih PMI
5) Pengurus harian PMR terdiri dari siswa-siswi yang telah menjadi anggota PMR dengan masa bakti minimal 1 tahun, terdiri dari:

a) Seorang ketua
b) Seorang wakil ketua
c) Seorang sekretaris
d) Seorang bendahara
e) Unit-unit:

(1) Bakti Masyarakat
(2) Ketrampilan, kebersihan, dan kesehatan
(3) Persahabatan
(4) Umum



B. PERAN MASING-MASING PIHAK

1. Penanggung jawab PMR/Kepala Sekolah

a. Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan PMR
b. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dikelompok PMR
c. Bersama dengan PMI Cabang mengatur, memonitor, dan mengevaluasi tugas Pembina PMR, dan Pelatih PMI di kelompok PMR tersebut
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap tahap pembinaan PMR
e. Berkoordinasi dengan pihak terkait ditingkat Kota/Kabupaten /Kecamatan

2. Pembina PMR

a. Melaksanakan pembinaan PMR dikelompok PMR masing-masing
b. Mengembangkan kegiatan kepalangmerahan, a.l. melakukan sosialisasi dan advokasi ke sekolah/lembaga, memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru, meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi antar Pembina PMR maupun sekolah/lembaga
c. Membantu PMI Cabang memfasilitasi pembentukan kelompok PMR baru
d. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antara kelompok PMR dan PMI Cabang


BAB IV
PROGRAM KEGIATAN


Dalam satu periode kepengurusan (satu tahun), kegiatan PMR Periode 2009/2010 akan melaksanakan berbagai kegiatan yang meliputi :

1. Unit Bhakti Masyarakat
- Menyelenggarakan Bhakti Sosial
- Mengelola Bantuan Kemanusian untuk korban Bencana Alam
- Melaksanakan Kegiatan Bhakti Masyarakat

2. Unit Keterampilan, Kebersihan dan Kesehatan
- Menjaga dan Memelihara kelestarian dan keindahan lingkungan sekolah
- Menciptakan lingkungann sekolah sehat
- Membudayakan Jum`at Bersih (JumSih)
- Melaksanakan lomba lingkungan sekolah sehat
- Melaksanakan kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit/bencana di lingkungan sekolah
- Melaksanakan piket harian sebagai petugas UKS di sekolah

3. Unit Persahabatan
- Mengikuti Kegiatan Lomba Kepalangmerahan
- Mengikuti Kegiatan LATGAB PMR
- Mengikuti Kegiatan JUMBARA PMR

4. Unit Umun
- Melaksanakan Latihan Mingguan
- Mengikuti kegiatan Orientasi Kepalang merahan
- Menyelenggarakan Pemilihan Pengurus PMR
- Melaksanakan Kegiatan CPD untuk anggota baru
- Memelihara Sarana Kegiatan Ke-PMR-an
- Pembentukan Tim Paskhas PMR

BAB V
PENUTUP


Program Kerja ini merupakan pedoman bagi pengurus, pegawai PMI dan Pembina PMR dalam mengembangkan pembinaan PMR disekolah maupun luar sekolah.

Titik berat pembentukan PMR di sekolah dan luar sekolah adalah pembentukan karakter generasi muda dan kaderisasi dilingkungan PMI.

Keberhasilan pembentukan dan pengembangan PMR disekolah dan luar sekolah mempunyai nilai strategis dalam pengembangan organisasi PMI dimasa yang akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita. Amin



Rancaekek ,Juli 2009

Pembina PMR



.......................
NTA.


PKS KESISWAAN PEMBINA OSIS





NIP : NIP :


MENGETAHUI
KEPALA SMP PASUNDAN RANCAEKEK





NIP :











LAMPIRAN







STRUKTUR ORGANISASI PMR DI SEKOLAH

POTO KEGIATAN


PALANG MERAH REMAJA INDONESIA
UNIT SMP PASUNDAN RANCAEKEK

DIKTAT LATIHAN PMR

LANGKAHKU PENGABDIANKU
BEBANKU TANGGUNG JAWABKU


Sekretariat
Jl. Tulip Raya Blok IV Bumi Rancaekek Kencana (022)7790340
Kabupaten Bandung

PERTOLONGAN PERTAMA

Pengertian PP
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cidera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar ( tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam )

Pelaku PP
Penolong yang pertama kalitiba ditempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Tujuan PP
1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.

Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sarung Tangan lateks
2. Kacamata Pelindung
3. Baju Pelindung
4. Masker Penolong
5. Masker Resusitasi
6. Helm

Tindakan Umum Menjaga Diri
1. Mencuci Tangan
• Cuci tangan sebelum melakukan kegiatan
• Pakai Sabun yang memiliki sifat antiseptic
• Cuci tangan sampai kesiku bila selesai menangani penderita
2. Membersihkan alat
Tahap-tahap membersihkan alat
• Mencuci dengan air (Hanya menghilangkan bekas atau noda)
• Desinfeksi (memakai bahan pembunuh kuman)
• Sterilisasi (proses khusus untuk menjadi bebas kuman)

Peralatan PP
1. Penutup luka (kasa steril, bantalan kasa)
2. Pembalut (gulung, segi tiga, plester)
3. Obat-obatan antiseptic
4. Cairan antiseptic (alcohol 70 %, providone iodine)
5. Cairan pencuci mata (boorwater)
6. Peralatan stabilisasi (bidai, papan spinal)
7. Gunting pembalut
8. Pinset
9. Senter
10. Kapas
11. Selimut
12. Kartu Penderita dan Alat tulis
13. Oksigen
14. Tensimeter dan Stateskop
15 Tandu
PENILAIAN

Tujuan
Memperoleh gambaran secara umum mengenai kejadian yang sedang dihadapi, factor-faktor pendukung dan penghambat PP.

Penilaian Dini
Langkah penilaian dini :
1. Keselamatan
Menilai keselamatan pelaku pertolongan, penderita, dan orang sekitar.
2. Respon
Ada 4 tingkat respon :
A = Awas, penderita sadar
S = Suara, penderita hanya bereaksi bila mendengar suara
N = Nyeri, penderita hanya bereaksi bila diberi rangsangan nyeri
T = Tidak respon
3. Air Way (memastikan jalan nafas terbuka dengan baik)
Lakukan gerakan angkat dagu tekan dahi
4. Breathing support (menilai pernafasan)
Lakukan lihat, dengar, dan rasakan (LDR) selama 3-5 detik untuk mengetahui ada
tidaknya nafas, selain itu penilaian pernafasan menyangkut kualitas pernafasan itu
sendiri.
5. Circulary support (menilai sirkulasi dan hentikan perdarahan hebat)
Lakukan pemeriksaan nadi radial pada penderita dengan respon baik dan
pemeriksaan nadi karotis pada penderita tidak respon selama 5-10 detik untuk
menilai apakah jantung melakukan tugasnya untuk memompa darah ke seluruh
tubuh.

Pemeriksaan Fisik
Tujuan menemukan berbagai tanda (PLNB), yaitu :
P = Perubahan bentuk
L = Luka terbuka
N = Nyeri tekan
B = Bengkak

Tindakan ini melibatkan panca indra berupa :
1. Penglihatan
2. Perabaan
Perabaan dilakukan dengan kedua belah tangan secara berurutan dan sistematis.
3. Pendengaran

Pada pemeriksaan anggota gerak, juga dilakukan Gerakan Sensasi Sirkulasi (GSS)
Gerakan : Penderita diminta untuk menggerakan jarinya
Sensasi : Lakukan perabaan atau cubitan diujung alat gerak
Sirkulasi : Periksa nadi radialis



Urutan pemeriksaan fisik
1. Kepala
2. Leher
3. Dada : tampak luar, tulang dada, tulang rusuk.
4. Perut : Periksa ketegangan dinding perut, Luka yang ada, Periksa kuadran perut,
bagian yang nyeri terahir.
5. Panggul
Menilai keutuhan tulang-tulang panggul dengan menekan bersamaan kedua bagian
tulang panggul yang menonjol.
6. Anggota gerak bawah
7. Anggota gerak atas
8. Punggung : Memeriksa tulang belakang dan daerah punggung.

Tanda Vital
1. Denyut Nadi
Bayi : 120 – 150 x/menit
Anak : 80 – 150 x/menit
Dewasa : 69 – 90 x/menit
2. Frekuensi pernafasan
Bayi : 25 – 50 x/menit
Anak : 15 – 30 x/menit
Dewasa : 12 – 20 x/menit

BANTUAN HIDUP DASAR DAN RESUSITASI JANTUNG PARU

BANTUAN HIDUP DASAR

A. Airway Control atau penguasaan jalan nafas
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus penderita tidak ada respon, karena pada saat penderita kehilangan kesadaran, otot-otot akan menjadi lemas, termasuk otot dasar lidah akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas tertutup.

Penguasaan jalan nafas merupakan prioritas pada semua penderita. Cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas :
Tekan Dahi Angkat Dagu (Head Tilt Chin Lift)
Teknik perasat ini dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan teknik ini :
1. Tangan jangan menekan dijaringan lunak bawah dagu.
2. Jangan gunakan ibu jari untuk mengangkat
3. Awasi mulut penderita agar tetap terbuka
4. Jika penderita dengan gigi palsu, cobalah pertahankan pada posisinya tetapi jika
mengganggu/sulit dipertahankan sebaiknya dilepas gigi palsu tersebut.

B. Breathing Support atau Bantuan Pernafasan
Kandungan Oksigen di udara bebas kurang lebih 21 %. Proses bernafas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5 % saja, yang berarti udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak kira-kira 16 % oksigen. Udara ini dapat diberikan kepada penderita yang mengalami henti nafas sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.
Ada beberapa teknik untuk memberikan pernafasan buatan,yaitu :
1. Dengan menggunakan mulut Penolong diantaranya :
a. Mulut ke masker RJP
b. Mulut ke APD
c. Mulut ke mulut/hidung
2. Dengan menggunakan alat Bantu :
Kantung Masker Berkatup (Bag Valve Mask/BVM)

Frekwensi pemberian nafas buatan ;

Dewasa : 10 – 12 X penafasan / menit, masing-masing 1,5 – 2 detik
Anak (1-8 th) : 20 X pernafasan / menit,masing-masing 1 – 1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 X pernafasan / menit, masing-masing 1 – 1,5 detik

Beberapa tanda pernafasan :
Adekuat mencukupi
• Dada dan perut bergerak naik turun seirama dengan pernafasan
• Udara terdengan dan terasa saat keluar dari mulut/hidung
• Penderita tampak nyaman
• Frekuensi cukup (12 – 20 X/menit)

Kurang adekuat (kurang mencukupi)
• Gerakan dada kurang baik
• Ada suara nafas tambahan
• Sianosois (kulit kebiruan)
• Kerja otot Bantu nafas
• Frekuensi kurang atau berlebihan
• Perubahan status mental (gelisah, cemas)

Tidak bernafas
• Tidak ada gerakan dada atau perut
• Tidak terdengar aliran udara melalui mulut atau hidung
• Tidak terasa hembusan nafas dari mulut atau hidung

C. Circulatory Support atau Bantuan Sirkulasi
Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah Pijatan Jantung LUar.Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagaian besar jantung terletak di antara tulang dada dan tulang punggung, sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengataur peredaran darah minimal pada keadaan mati klinis (tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi)
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada kurang lebih 2 jari dari pertemuan lengkung iga kiri dan kanan.
Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
Dewasa : 4 – 5 cm
Anak : 3 – 4 cm
Bayi : 1,5 – 2,5 cm


RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi Jantung Paru (RJP) harus dimulai sesegera mungkin. Tiondakan ini merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B , dan C.
Pada orang dewasa dikenal 2 rasio yaitu 15 kali pijatan jantung luar berbanding 2 kali tiupan napas (15 : 2) per siklus, bila penolong hanya satu orang dan (5 : 1) untuk penolong dua orang.
Pada bayi dan anak hanya dikenal rasio 5 : 1 saja.

RJP Satu Orang Penolong
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Tentukan korban tidak ada respon
2. Aktifkan sistem minta bantuan (bila belum dilakukan).
3. Buka jalan napas dan lakukan pemeriksaan napas.
4. Lakukan bantuan napas awal dan jika perlu singkirkan benda asing dari
mulutpenderita.
5. Jika korban bernapas dan nadi karotis teraba,letakan korban pada posisi miring
satabil/pemulihan
6. Periksa nadi karotis, jika tidak ada denyutan,lakukan RJP.
7. Posisikan penolong dan tentukan titik pijatan.
8. Lakukan pijatan jantung, sebanyak 15 kali dengan kecepatan 80 – 100 kali/menit.
9. Berikan napas buatan 2 kali secara kuat lembut, dilakukan setelah 15 kali pijatan
jantung dengan waktu per satu tiupan sekitar 1,5 – 2 detik.
10.Lakukan terus sampai mencapai 4 siklus dari 15 pijatan dan 2 bantuan pernapasan.
11.Kemudian periksa Nadi Karotis penderita.
12.Jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan monitor ABC sampai bentuan datang.
13.Jika nadi berdenyut tapi napas belum ada, maka teruskan bantuan pernapasan 10 –
12 kali permenit, jika kemudian nadi tidak berdenyut lagi,lakukan lagi RJP.Periksa
kembali nadi karotis dan napas setiap 2 atau 3 menit kemudian.






RJP Dua Orang Penolong
Jika korban tidak ada respon, tidak bernapas dan nadi tidak teraba, setelah penolong memberikan napas awal maka :
1. Posisikan penolong, saling berseberangan di antara penderita, satu penolong berlutut
di daerah kepala, yang lainnya di daerah dada.
2. Lakukan pijatan jantung sebanyak 5 kali dengan kecepatan 80 – 100 per menit.
3. Berikan napas buatan 1 kali.
4. Setelah 1 menit RJP,lakukan pemeriksaan tulang nadi karotis.

Jika nadi berdenyut dan napas ada, teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang. Jika nadi berdenyut tapi napas belum ada, maka teruskan bantuan pernapasan 10 – 12 kali permenit, jiks kemudian nadi tidak berdenyut lakukan lagi RJP. Perikada kembali nadi karotis dan napas setiap 2 atau 3 menit kemudian.





Catatan Untuk Pelaksanaan RJP
RJP yang baik bukan jaminan penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakanmaupun pemulihan sistem pada penderita.
• Saat melakukan Pijatan Jantung Luar, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
• Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan pernapasan buatan.
• Reaksi pupil/manik mata mungkin akan kembali normal.
• Warna kulit penderita akan berangsur-angsur membaik.
• Penderita mungkin akan menunjukan refleks menelan dan bergerak.
• Denyut nadi akan kembali.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP ;
• Patah tulang dada dan tulang iga.
• Bocornya paru-paru (Pneumothorsx).
• Luka dan memar pada paru-paru.
• Robekan pada hati.

Tindakan RJP dihentikan apabila :
• Penderita pulih kembali.
• Penolong kelelahan.
• Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
• Jika tanda pasti kematian, tidak usah lakukan RJP.







KESALAHAN PADA RJP
KESALAHAN AKIBAT
Penderita tidak berbaring Pada bidang keras PJL kurang Efektif
Penderita tidak horizontal Bila kepala penderita lebih tinggi Maka jumlah darah yang ke otak Berkurang
Tekan Dahi Angkat Dagu kurang baik Jalan napas terganggu
Kebocoran saat melakukan pernapasan buatan Pernapasan buatan tidak Efektif
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saatpernapasan buatan Pernapasan buatan tidak Efektif
Letak tangan kurang tepat, Arah tekanan kurang baik Patah tulang, luka dalam paru-paru
Tekanan terlalu dalam atau terlalu cepat Jumlah darah yang dialirkan kurang
Rasio PJL dan Pernapasan buatan tidak baik Oksigennasi darah kurang


PERDARAHAN DAN SYOK

PERDARAHAN
Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pem,buluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit.

Klasifikasi Sumber Perdarahan :
1. Perdarahan nadi (arteri)
Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar sesuai dengan denyutan nadi
dan berwarna merah terang.
2. Perdarahan balik (vena)
Darah yang keluar dari pembuluh balik, mengalir berwarna merah gelap.
3. Perdarahan rambut (kapiler)
Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan.

Jenis Perdarahan :
1. Perdarahan luar
Perdarahan yang tampak/terlihat jelas keluar dari luka terbuka.
2. Perdarahan dalam
Perdarahan dalam, biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak. Kadang-l\kadang
terlihat berada di bawah permukaan kulit berupa memar.

Penanganan :
1. Tekan langsung
Tekan bagian yang berdarah tepat di atas luka, umumnya perdarahan akan berhenti
setelah 5 – 15 menit.
Beri penutup luka yang tebal pada tempat perdarahan. Bila perdarahan belum berhenti,
dapat ditambahkan penutup lain, tanpa melepas penutup pertama.
2.. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekan langsung)
Tinggikan anggota badan yang berdarah lebih tinggi dari jantung. Hanya dapat
dilakukan pada perdarahan di daerah alat gerak saja.
3. Tekan pada titik tekan
Menekan pembuluh nadi di atas yang mengalami perdarahan.

SYOK
Syok terjadi bila sistem peredaran darah gagal mengirim darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak, jantung, dan paru-paru).

Penyebab ;
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
3. Pelebaran pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan
baik.
4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak.


Tanda ;
1. Pernapasan cepat dan dangkal
2. Nadi cepat dan lemah
3. Kulit pucat, dingin dan lemah
4.Wajah pucat
5. Pandangan mata hampa dan pupil melebar

Gejala :
1. Mual dan mungkin muntah
2. Haus
3. Lemah
4. Pusing
5. Gelisah an taku mati.

Penanganan :
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan terlentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cmm bila tidak ada kecurigaan patah
tukang belakang atau patah tungkai
3. Pakaian penderita dilonggarkan
4. Beri selimut
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
7. Jangan beri makan dan minum.


CEDERA JARINGAN LUNAK
Klasifikasi Luka berdasarkan keterlibatan jaringan kulit, antara lain :
1. Luka terbuka
Cidera jaringan disertai kerusakan,terputusnya jarinan kulit yaitu rusaknya kulit dan
bisa disertai jaringan di bawah kulit.
2. Luka tertutup
Cidera jaringan disertai tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya
jaringan lunak di bawah kulit. Dengan kata lain kulit penderita masih utuh. Memar
sedikit mungkin tidak memerlukan penanganan, tetapi luka yang berat dapat berakibat
fatal.

Jenis Luka Terbuka
1. Luka lecet
Umunya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit terkelupas, mungkin tampak
titik-titik perdarahan.
2. Luka Sayat/iris
Terjadi akibat kontak dengan benda tajam, jaringan kulit dan lapisan di bawahnya
terputus sampai kedalaman yang bervariasi.

3. Luka Robek
Terjadi akibat benturan keras dengan benda tumpul,karakteristik luka sama dengan
lukasayat, perbedaannya tepi luka bentuknya tidak teratur.
4. Luka Tusuk
Terjadiakibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit dalam tubuh.
5. Avulsi (sobek)
Sama dengan luka robek tetapi jaringan tubuh tidak lepas dan masih menempel
membentuk lembaran gantung.
6. Amputasi
Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpiah. Paling sering terjadi pada alat gerak,
mulai dari jari sampai kehilangan seluruh angotagerak.
7. Cedera Remuk (crush Injury)
Dapat berupa suatu gabungan luka terbuka dan tertutup. Dapat terjadi akibat alat gerak
terjepit diantara alat-alat berat.

Jenis Luka Tertutup
1. Memar
Merupakan luka tertutup yang paling sering ditermukan. Perubahan warna dan
pembengkakan dapat terjadi segera atau 24 – 48 jam, kemudian.
Gejala dan Tanda :
a. Nyeri
b. Bengkak
c. Warana merah kebiruan
d. Nyeri tekan
2. Hematoma
Kerusakan jaringan lebih luas,pembuluh darah yang terlibat lebih besar, dan darah
lebih banyak keluar.
3. Remuk

Perawatan Luka Terbuka
1. Lakukan Penilaian Dini.
2. Daerah yang terluka dipaparkan seluas mungkin sehingga terlihat.
3. Atasi perdarahan terlebih dahulu.
4. Cegah kontaminasi lanjut, upayakan membersihkan luka semampunya.
5. Beri penutup luka dan balut.
6. Jaga agar penderita dan bagian yang luka dalam keadan istirahat.
7. Tenangkan penderita.
8. Atasi syok bila terjadi.
9. Rujuk kefasilitas kesehatan.

Perawatan Luka Tertutup
Memar :
1. Istirahatkan
2. Kompres es
3. Balut Tekan
4. Tinggikan



Penutup Luka dan Pembalutan
Pengertian
• Penutup luka adalah bahan yang diletakan tepat diatas luka. Bahan harus mempunyai daya serap baik dan cukup besar untuk menutup seluruh permukaan luka, mis. Kasa steril.
Fungsi Penutup Luka yaitu ;
1. Membantu mengendalikanperdarahan.
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut.
3. Mempercepat penyembuhan.
4. Mengurangi nyeri.

• Pembalut/Verbandle adalah bahan kain yang tidak berkapur (mori), tipis, sifat lemas dan kuat, agar mudah sekali untuk dilipat-lipat.

Indikasi Pembalutan
Menghentikan perdarahan, melindungi dari bakteri/kuman pada luka dan mengurangi rasa nyeri pada luka.

Tujuan Membalut, antara lain :
1. Mengurangi resiko kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut.
2. Mengurangi rasa nyeri/sakit
3. Mencegah cacat dan infeksi


Fungsi Pembalut Yaitu :
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan
2. Untuk menutup luka supaya tidak terkena cahaya, debu, dan kotoran
3. Untuk menekan, menarik, menahan/menunjang, mengunci, dan imobilisasi (agar anggota tubuh yang cedera tidak bergerak)
Anggota Tubuh yang akan dibalut
1. Berbentuk bundar yaitu kepala.
2. Beb\rbentuk bulat panjang, yaitu leher, badan,lengan atas dan jari tangan.
3. Berbentuk bulat panjang tapi lonjong,artinya kecil diujung besar di pangkal,yaitu
lengan bawah dan betis.
4. Bentuk tidak karuan dan tidak sama, yaitu persendian/sikut,panggul, lutut,dll.

Macam-macam Pembalut.

1. Pembalut segitiga (mitela)

Puncak

Sisi (90Cm)

Dasar
2. Pembalut Plester
Berbagai ukuran contohnya Hendiplas atau Tensoplas


3. Pembalut Pita/Gulung
a. Untuk jari kaki ukuran 2,5 cm
b. Leher dan pergelangan tangan 5 cm
c. Kepala,lengan atas,lengan bawah, tungkai bawah dan kaki ukuran 5 cm s.d 7,5 cm.
d. Sendi panggul dan paha ukuran 7,5 cm s.d 10 cm.
e. Badan (dada, punggung dan perut) 10 cm s.d 15 cm.

4. Pembalut Cepat
a. Nomor 1
b. Nomor 2
c. Nomor 3
d. Nomor 4


Yang harus diperhatikan dalam membalut
1. Awasi muka korban.
2. Jalan pembalut dari kiri ke kanan (arah jarum jam)
3. Balutan harus menutup dan pinggirnya harus rapat
4. Balutan jangan terlalu ketat,karena akan mengganggu peredaran darah
5. Balutan yang terlalu kendur, kecualai pada luka bakar
6. Posisi korban sebaiknya duduk atau berbaring
7. Jangan sekali-kali memegang luka
8. Setiap akhir pergunakan simpul mati.


CIDERA ALAT GERAK

PATAH TULANG
Pengertian
Patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang baik seluruhnya atau sebagaian.

Penyebab
Adanya kekerasan dari luar yang menyebabkan kerusakan pada sistem otot rangka termasuk kerusakan jaringan lunak, misalnya terpukul, terkena benda keras, tertembak, terjatuh, dll.

Gejala dan tanda
1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah.
2. Daerah yang patah nyeri dan kaku pada saat ditekan.
3. Bagian yang patah bengkak.
4. Bagianyang patah mengalami gangguan fungsi gerak atau sukar digerakan.

Jenis
1. Patah tulang terbuka
Tidak ada luka,permukaan kulit tidak rusak/masih utuh.
2. Patah tulang tertutup
Ada luka, permukaan kulit diatasnya rusak.

URAI/CERAI SENDI
Pengertian
Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya. Paling sering terjadi pada rahang bawah dan sendi lutut.

Penyebab
Karena sendi teregang melebihi batas normal.

Pada urai/cerai sendi rahang bawah, disebabkan membuka mulut terlalu lebar pada waktu menuap atau tertawa.

Gejala dan tanda, antara lain :
Secara umum menyerupai gejala dan tanda patah tulang,hanya terjadi pada sendi.

TERKILIR/KESELEO
Ada dua macam :
1. Terkilir sendi
Pengertian
Robeknya/putusnya jaringan ikat sendi karena teregang melebihi batas normal.

Penyebab
Terpeleset, gerakan yang salah.
Gejala dan tanda antara lain :
a. Nyeri gerak
b. Bengkak
c. Nyeri tekan
d. Warna kulit merah kebiruan

2. Terkilir otot
Pengertian
Robeknya jaringan otot , sambungan otot, dan tendon (penggantung otot) karena teregang melebihi batas normal.

Penyebab
a. Latihan peregangan tidak cukup
b. Latihan peregangan tidak benar
c. Peregangan melampuio kemampuan
d. Gerakan yang tidak benar

Gejala dan tanda, antara lain :
a. Nyeri yang tajam dan mendadak
b. Nyeri menyebar keluar dengan kejang dan atau kaku otot
c. Bengkak pada daerah cidera

PEMBIDAIAN
Tujuan Pembidaian
Tujuan utama adalah untuk mencegah terjadinya pergerakan anggota tubuh yang cedera.
1. Mencegah pergeseran
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Mengistirahatkan bagian yang luka
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Menunjang upaya penyembuhan
6. Mengurangi perdarahan

Alat yang dibutuhkan
1. Bidai atau lain yang kuat tetapi ringan
2. Pembalut segi tiga
3. Kasa steril

Syarat Pembidaian
1. Siapkan alat-alat
2. Bidai harus meliputi dua sendi
3. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan terlalu longgar
4. Bidai dibalut sebelum dipergunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya
6. Kalau mungkin anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat lain yang mengikat harus dilepas


Pertolongan Umum
1. Hentikan perdarahan bila ada
2. Bebaskan jalan napas, beri pernapasan buatan jika perlu
3. Tutup luka dengan kain steril
4. Lakukan pembidaian
5. Hangatkan tubuh korban/selimuti tubuh korban
KESIAPSIAGAAN BENCANA

Hai…jumpa lagi denganku PMR madya. Kali ini aku mengajak teman-teman untuk mengenal bencana, agar kita bisa mengurangi akibatnya........Ayo Siaga...!

Mengenal Bencana
Sering dengan istilah Bencana ? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah ”bencana” (disaster). Bencana adalah kejadian luar biasa yang disebabkan oleh faktor alam ataupun sebagai akibat ulah manusia yang menimbulkan korban jiwa, kerugian materila dan kerusakan lingkungan. Bencana timbul ketika manusia tidak dapat mengatasi ancaman.
Berdasarkan waktunya bencana dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Bencana terjadi secara tiba-tiba, misalnya gempa bumi, tsunami, angin topan, letusan gunung api, banjir bandang san tanah longsor.
2. Bencana yang terjadi secara perlahan, dan dengan disertai munculnya tanda-tanda sehingga kita bisa melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah timbulnya banyak korban, misalnya banjir, kekeringan, dll.

Siklus Bencana
Bencana memiliki siklus sehingga kita dapat melakukan tindakan-tindakan untuk menghindari jatuhnya kerugian dan jatuhnya banyak korban. Kegiatan penanganan bencana dilakukan sepanjang siklus bencana, yaitu :
A. Sebelum bencana datang, yang dapat kita lakukan antara lain :
1. Pencegahan Bencana, yaitu kegiatan penyediaan sarana yang memberikan perlindungan permanen terhadap dampak bencana, seperti pembangunan saluran lahar, kanal kendali banjir, pembebasan lokasi rawan bencana dari pemukiman penduduk.
2. Mitigasi, yaitu tindakan untuk mengurangi dampak bencana. Misalnya kita melatih keterampilan kita agar mampu membaca tanda-tanda terjadinya bencana, melatih pengetahuan pertolongan pertama. Dll.
3. Keseiapsiagaan menghadapi bencana, sebelum bencan kita harus mempersiapkan diri untuik melakukan tindakan cepat dan tepat jika suatu bencana terjadi. Misalnya mengenali tanda-tanda peringatan bencana di lngkungan tempat tinggalmu, seperti kentongan, sirine, berita radio, dll.

B. Pada saat bencana datang
Pada saat bencana tindakan yang dapat dilakukaj antara lain ; pencarian dan penyelamatan , pelayanan bantuan medis, pendistribusian bantuan dan dukungan psikologi sosial bagi mereka yang tertimpa bencana.
Yang dapat kamu lakukan adalah :
1. Berdoa, tabah, dan jangan panik
2. Menyelamatkan diri dan keluarga, usahakan tidak terpisah dari keluarga.
3. Mengikuti intsruksi dari petugas atau tim penyelamat.
4. Membantu sesuai kemampuan, misalnya, menghubungi nomor-nomor telepon penting, menginformasikan kepada PMI setempat.

C. Setelah Bencana
Bantulah apa yang bisa dan mampu kamu lakukan.. Carilah informasi tentang apa yang terjadi. Cobalah mencari tahu apa yang bisa dilakukan agar kejadian itu tidsk terulang ikembali dimasa yang akan datang. Dukunglah siapa saja yang mengupayakan tindakan pencegahan.